Minggu, 29 April 2012

TOP 9 Zat Pengawet Makanan yang Aman Digunakan

    Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan aditif makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan atau sintetis. 
     Salah satu jenis dari zat adiktif makanan tersebut adalah: Pengawet. Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada makanan, karena serangan bakteri, ragi, cendawan. Reaksi-reaksi kimia yang sering harus dikendalikan adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis lainnya. Pengawetan makanan sangat menguntungkan produsen karena dapat menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada dan dapat digunakan kembali saat musim paceklik tiba. Contoh bahan pengawet adalah natrium benzoat, natrium nitrat, asam sitrat, dan asam sorbat.

9th Place:
Natrium nitrat
Natrium nitrat ialah tipe garam (NaNO3) yang telah lama digunakan sebagai komposisi bahan peledak dan dalam bahan bakar padat roket, juga pada kaca dan pelapis tembikar, dan telah ditambang secara luas untuk tujuan itu. Senyawa ini juga disebut caliche, saltpeter, dan soda niter.
Deposit alami bijih caliche terbesar di dunia ialah di gurun Atacama Chili, dan banyak deposit ditambang selama lebih dari seabad, sampai 1940-an. Mantan komunitas penambang sendawa Chili dari Humberstone and Santa Laura dideklarasikan sebagai situs Warisan Dunia Unesco pada 2005.
Chili masih memiliki cadangan terbesar caliche, dengan pertambangan aktif di tempat-tempat seperti Pedro de Valdivia, Maria Elena dan Pampa Blanca. Natrium nitrat, kalium nitrat, natrium sulfat dan iodin seluruhnya diperoleh dari pemrosesan caliche.
Natrium nitrat juga diolah secara sintetis dengan mereaksikan asam nitrat dengan abu soda.
Natrium nitrat memiliki sifat antimikrobial sehingga digunakan sebagai pengawet makanan. Senyawa ini ditemukan secara alami dalam sayuran hijau berdaun. Selain itu, senyawa ini berpotensi kesehatan dalam menambah oksigen pada darah.


8th Place:
Sodium Benzoat dan Asam Benzoat (Sodium Benzoate and Benzoic Acid) 
   Meskipun namanya kedengaran seperti zat kimia yang diproduksi di laboratorium, kedua pengawet ini berasal dari alam. Keduanya banyak terdapat pada cranberries, buah yang telah dikeringkan, plum, kulit manis, cengkeh dan apel. Kedua bahan ini mengandung komponen antibakteri yang jika ditambahkan ke makanan bisa mencegah pertumbuhanbakteri dan jamur. Terdapat dalam: Kedua zat ini terdapat pada berbagai produk termasuk selai, minuman, dressing, salad, kue tart, serta berbagai makanan lainnya.

7th Place:
 Asam Sorbat
  Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman bersoda 400.

6th Place:
Asam Sitrat (Citric Acid) 
Asam Sitrat juga terdapat dalam jeruk nipis
  Asam sitrat masih berdekatan dengan vitamin C dan sama-sama merupakan pengawet alami yang baik. Kandungan asam di dalamnya berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Asam sitrat dinyatakan aman pada 99.9% populasi. Ada sebagian kecil yang alergi dengan asam sitrat, tetapi kondisi ini sangat jarang dan hampir tidak ada sama sekali.
Terdapat dalam: Asam sitrat banyak digunakan pada berbagai minuman ringan untuk pengawet dan penambah rasa.

5th Place:
 Asap Cair (Liquid Smoke)
Contoh modifikasi Liquid Smoke

   Dr. AH. Bambang Setiadji, Dosen Fakultas MIPA, UGM, menemukan  Asap Cair ( Liquid Smoke) bisa menjadi bahan pengawet pangan yang berfungsi sebagai antimikroba dan antioksidan. Untuk industri perkebunan asap cair digunakan sebagai koagulan lateks, hal ini karena asap cair bersifat fungsional seperti anti jamur, antibakteri dan anti oksidan yang dapat memperbaiki kualitas karet. Sedangkan penggunaan pada industri kayu dapat mencegah serangan rayap. Pemanfaatan Liquid Smoke pada industri pangan cukup digunakan 25% + 75% air kemudian digunakan untuk merendam ikan dan daging selama 15 menit. Pengawetan dengan merendam ikan dan daging pada asap cair (liquid smoke) ini bisa bertahan selama 25 hari.


4th Place:
Chitosan
Chitosan dalam bentuk powder
   Dr. Ir Linawati  ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan (FPIK- IPB) menyatakan chitosan merupakan bahan pengawet organik yang diperoleh dari produk turunan dari polimer chitin yang diproduksi dari limbah udang dan rajungan kadar chitin dalam berat udang berkisar 60–70% bila diproses menjadi chitosan menghasilkan Yield 15– 20%. Chitosan mudah mengalami degradasi secara biologis dan tidak beracun. Bila digunakan pada ikan asin, berfungsi sebagai pelapis (coating), agar tidak dihinggapi lalat, dan menghambat pertumbuhan bakteri. Penggunaan chitosan dapat mengawetkan sampai 8 minggu.

3rd Place:
Kunyit
   Dr NL ida Soeid MS, menyatakan kunyit dapat digunakan sebagai pengawet tahu, disamping  berfungsi sebagai warna juga sebagai antibiotik, sekaligus mencegah agar tidak cepat asam. Selain itu untuk kesehatan berfungsi sebagai antioksidan, antibakteri, antiradang dan antikanker. Kunyit basah kandungan utamanya adalah kurkuminoid 3-5%.  Sedangkan untuk kunyit ekstrak kandungan kurkuminoid mencapai 40–50%. Untuk penggunaan kunyit disarankan agar  tidak melalui pemanasan, terkena cahaya dan lingkungan yang basah. Sebaiknya kunyit ditumbuk digiling dan diperas airnya.

2nd Place:
Gula 
  Gula terlibat dalam pengawetan dan
pembuatan aneka ragam produk-produk makanan. Beberapa diantaranya yang biasa dijumpai termasuk selai, jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buhan, buah-buahan bergula, umbi dan kulit, buah-buahan beku dalam sirup, acar manis, chutney, susu kental manis, madu. Walaupun gula sendiri mampu untuk memberi stabilitas mikroorganisme pada suatu produk makanan jika diberikan dalam konsentrasi yang cukup (diatas 70% padatan terlarut biasanya dibutuhkan), ini pun umum bagi gula untuk dipakai sebagai salah satu kombinasi dari teknik pengawetan bahan pangan. Kadar gula yang tinggi bersama dengan kadar asam yang tinggi (pH rendah), perlakukan dengan pasteurisasi secara pemanasan, penyimpanan pada suhu rendah, dehidrasi dan bahan-bahan pengawet kimia (seperti belerangdioksida, asam benzoat) merupakan teknik-teknik pengawetanpangan yang penting. Apabila gula ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatanterlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang. Monosakarida lebih efektif dalam menurunkan aw bahan pangan dibanding dengan disakarida atau polisakarida pada konsentrasi yang sama, dan
digunakan dengan sukrosa dalam beberapa produk seperti selai.

1st Place:
Garam (NaCl)
  Salah satu faktor penting yang mempengaruhi suatu medium dapat mendukung kehidupan bakteri adalah kadar garam. Kebanyakan bakteri akan mati dalam medium dengan kadar garam tinggi, karena garam akan mengikat air di dalam sel atau menyebabkan cairan dalam tubuh keluar akibat proses osmosis. Membubuhkan/menambahkan garam dalam jumlah besar pada makanan atau air tempat makanan direndam dapat membunuh bakteri dan membuat makanan yang disimpan tidak cepat membusuk (makanan membusuk karena ada bakteri yang hidup). Pada tingkat yang sangat tinggi, kadar garam juga dapat membunuh makhluk hidup yang lebih kompleks seperti serangga. Garam sering digunakan karena harganya yang murah dan sifatnya yang tidak beracun bagi manusia dibandingkan bahan pengawet lain, selain menimbulkan citarasa baru pada makanan yang diawetkan (asinan).





Sumber/Referensi: